Kemacetan di Ibukota dan Wilayah Penyangga nya

Patung

Di 2007, lima tahun yang lalu, pada jalan utama Jakarta-Ciputat, Tangerang Selatan, kemacetan selalu terjadi pada jam-jam kantor dan sekolah. Pada Sabtu dan Minggu, masih jarang di temukan kemacetan, seakan-akan, orang-orang yang memenuhi jalan pada hari biasa berlibur ke luar kota atau tidak keluar dari rumahnya.

Di 2012 ini, ternyata kemacetan masih terjadi bahkan semakin parah. Setiap hari, termasuk Sabtu dan Minggu, tidak mengenal jam, kemacetan menjadi khas jalan utama tersebut. Dan kemacetan yang terjadi bukan dikarenakan adanya kendaraan mogok atau pun angkutan umum berhenti seenaknya tapi dikarenakan banyaknya putaran atau pertigaan dan tentunya mobil pribadi yang semakin banyak jumlahnya.

Beberapa tahun yang lalu, kemacetan di jalan tersebut dikarenakan angkutan umum yang sering berhenti sembarangan terutama di pasar Ciputat karena tidak adanya terminal angkutan umum.

Namun, sejak adanya jalan layang di atas pasar, kemacetan pun berpindah, ke setelah jalan layang atau sebelum jalan layang. Masih dengan alasan yang sama, angkutan umum yang berhenti sembarangan. Dan kali ini di tambah dengan banyaknya putaran atau pertigaan dan tentunya mobil pribadi yang semakin banyak jumlahnya.

Sebetulnya masalah kemacetan tersebut juga di hadapi oleh pemerintah DKI Jakarta, dan sampai sekarang belum ada obat yang jitu untuk mengatasi ‘penyakit’ kemacetan tersebut. Sudah berbagai analisa di kemukan dan dibahas pada pertemuan-pertemuan pemerintah daerah, tapi implementasinya belumlah maksimal.

Misalnya, Pemerintah DKI Jakarta mencoba mengatasi masalah kemacetan ini dengan menyediakan bus yang menurut kampanye nya nyaman, murah dan bebas macet (karena memiliki jalur sendiri) yaitu Bus TransJakarta.

Namun ternyata, kemacetan masih saja ada, karena masih banyak masyarakat yang memilih menggunakan kendaraan pribadi dan angkutan umum selain Bus TransJakarta karena armada bis yang ada tidak sebanding dengan jumlah pengguna kendaraan yang ada, terutama pada pagi dan sore hari, pada waktu jam masuk dan pulang kantor atau sekolah.

Pada dasarnya, usaha perubahan dalam mengatasi kemacetan seperti yang dilakukan pemerintah DKI Jakarta dengan program Bus TransJakarta, dan pemerintah Tangsel dengan pembuatan jalan layang ini tidak akan berjalan efektif, selama masih kuatnya pihak-pihak yang lebih ingin mempertahankan sistem daripada merubah sistem.

Dalam mempertahankan sistem ini, biasanya materi dan kekuasaan menjadi alasan menguatnya kultur ‘kemacetan’ yang di pelihara dalam sistem, dimana terdapat sekelompok manusia yang memiliki pandangan, pengalaman dan ruang yang sama. Pada tingkat selanjutnya, perubahan-perubahan dapat diupayakan ketika ada pihak-pihak yang merasa tidak puas dalam sistem yang ada, dikarenakan ketidakmerataan materi dan kekuasaan.

Leave a comment